Saturday 1 November 2014

Teladan Seorang Pimpinan

Mari Benahi Diri!!!

Sebelumnya aku perkenalkan dulu, kira-kira aku sudah 1 tahun mburuh di sebuah Universitas Islam swasta di kabupaten kecil, Wonosobo. Tidak jauh dari kawasan kampus terdapat sebuah Pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an yang cukup besar dengan ribuan santrinya dan sudah tersohor namanya sampai di luar kota bahkan luar pulau Jawa. Aku tinggal tidak jauh dari kawasan itu juga.

Sabtu sore itu aku pulang mburuh dengan dijemput suami. Kebetulan saat itu di kawasan kampus dan pondok sedang diramaikan oleh berbagai event dan bazar dalam rangka memeriahkan Haflah (khataman Al
Qur'an) serta Khoul Al Maghfurllah pengasuh pondok terdahulu. Sepanjang pinggir jalan dipenuhi pedagang dengan berbagai macam barang dagangan yang datang dari berbagai daerah/kota. Lapangan yang biasanya mlompong dengan rumputnya yang njembrung juga dipenuhi oleh berbagai wahana permainan pasar malam sebagai hiburan untuk warga. Begitu juga dengan terminal yang biasanya dipenuhi angkot, saat itu dijadikan tempat hiburan parade kesenian, baik kesenian tradisional seperti tarian kuda lumping, tari lengger, gambus, dll, juga kesenian modern seperti band musik pop, dangdut, ada juga qasidah. Jadi tak heran jika akses jalan dari kampus menuju tempat tinggalku menjadi macet karena dipadati pengunjung. Perjalanan dari kampus sampai tempat tinggal yang biasanya bisa ditempuh dengan motor selama 5 menit saja, kini waktu tempuhnya bisa mencapai setengah jam. Maka dari itu suamiku mengambil jalan alternatif melewati jembatan gantung (user memang menamakannya jembatan gantung karena jembatan itu terbuat dari susunan kayu-kayu papan dengan kerangka pinggirannya berupa besi yang digantung dengan besi kokoh dan melintang di atas sungai sepanjang kurang lebih 10-15 meter).
Sampai di jembatan gantung tersebut suamiku memberhentikan motornya. Rupanya aku tau maksud suamiku. Di depan kami sedang berjalan kaki seorang lelaki paruh baya berpakaian rapih dengan tas hitam di tangannya.
Salut. Beliau yang berjalan kaki itu adalah seorang Rektor Universitas tempat aku mburuh. Sepertinya beliau melewati galengan (jalan kecil di pinggiran sawah) dari belakang kampus sampai jembatan gantung.
Subhanallaah. Walaupun beliau menjabat sebagai orang nomor satu di Universitas tapi beliau tetap hidup sederhana, bisa mensyukuri kaki yang Tuhan berikan. Memilih berjalan kaki dari kampus menuju rumahnya. Tak jarang juga aku melihat beliau berjalan dari kampus 1 ke kampus 2 melewati jalan alternatif belakang kampus.
Tidak hanya itu yang membuatku salut. Yang telah ditentukan dari rektorat, jam kerja untuk hari Sabtu itu hanya sampai pukul 12.00 WIB. Terkecuali untuk fakultas tempatku bertugas, hari Sabtu memang ada lemburan sampai sore karena ada jadwal kuliah kelas ekstensi (kelas bagi mahasiswa pegawai). Tapi beliau bersedia pulang sore, dan aku yakin, waktu beliau sampai sore hari itu pasti digunakan untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat. Aku juga pernah sowan di rumah beliau pada jam istirahat, jam istirahatnya itu sedang dipergunakannya untuk membaca buku. Tidak pernah berhenti belajar walaupun menurutku beliau itu bisa dikatakan sudah sukses. Teladan yang baik sebagai pimpinan untuk bawahan dan mahasiswanya. Salut lagi.
Lha trus, gimana dengan kita sebagai bawahannya? (Kok pake nama kita ya?) Yah, khususnya aku. Aku ki sopo? Awak dewe ki sopo?
Masih sering dan sudah jadi kebiasaan malah, mau menuju ke gedung lain yang letaknya tidak terlalu jauh aja maunya pake motor, ga mau jalan kaki. Butuh sesuatu yang sebenarnya masih bisa dan mampu untuk diusahakan sendiri juga sering minta tolong orang lain untuk mengerjakannya. Pancen manja!
Berangkat siang, pulangnya pengen cepat. Ga malu po sama pak Rektor yang malah jam kerjanya di kantor kelebihan?

Males belajar lagi, apalagi baca buku, jaman masih kuliah aja beli beberapa buku hanya untuk pajangan rak buku tok, belum ada buku yang dibaca sampai khatam. Jam istirahat kerja juga malah memilih dipakai buat facebookan ato BBMan. Jaaaand.
Kapan bisa berkembangnya?
Hanya satu kesimpulan, Mari benahi diri!!!

No comments:

Post a Comment